Tuberkulosis (TBC) masih menjadi kekhawatiran global karena prevalensi penyakit infeksi menular ini masih tinggi. Di Indonesia, pada tahun lalu ada lebih 842 ribu orang terinfeksi. Angka ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ketiga dunia untuk kasus tuberkulosis terbanyak, setelah India dan Cina.
Di Indonesia, angka kematian tercatat akibat infeksi penyakit ketiga paling mematikan ini (setelah jantung dan pernafasan akut), diperkirakan lebih dari seratus ribu orang per tahun. Jumlah sebenarnya diperkirakan lebih besar, karena banyak orang tidak melapor ketika menemukan kasus tuberkulosis.
“Banyak masyarakat yang masih enggan melapor jika dirinya, anggota keluarga, atau orang-orang di sekitarnya terinfeksi tuberkulosis. Ini yang kemudian menyebabkan pencegahan dan pemberantasan tuberkulosis sulit dilakukan,” kata dr. Erlina Burhan, dalam bincang sehat “Mengenal Tuberkulosis”, di Medco Building, Ampera, Jumat (29/3).
Erlina mengimbau masyarakat aktif berkontribusi dalam upaya pencegahan penyebaran tuberkulosis, di antaranya dengan menjaga kesehatan diri dan lingkungan, melaporkan sejak dini jika ada kasus atau gejala tuberkulosis, hingga mengawasi proses pengobatan pasien dengan tuberkulosis.
Ketua Umum Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), Raisis Panigoro, dalam bincang sehat ini mengajak semua pihak lebih giat dalam mendukung upaya pemerintah, yakni cita-cita mengeliminasi tuberkulosis pada 2030 nanti.
“Sesuai dengan tema peringatan Hari Tuberkulosis tahun ini, yakni ‘Saatnya Indonesia Bebas TBC, Mulai dari Saya’, saya ingin mengajak semua insan Medco untuk mempopulerkan TOSS. Temukan TBC dan Obati Sampai Sembuh,” kata Raisis.
Bincang sehat “Mengenal Tuberkulosis” diselanggarakan Medco Foundation, Klinik Ampera 20, dan PPTI dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingat 24 Maret setiap tahunnya. Bincang sehat kali ini turut dihadiri pendiri Medco Group, Arifin Panigoro. [INS]