Kebutuhan energi di Indonesia semakin meningkat. Bertambahnya jumlah penduduk, juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang harus dijaga, membuat permintaan akan energi, terutama energi fosil dari minyak bumi, semakin bertambah dari tahun ke tahun. Di sisi lain, produksi minyak Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun belakangan.
Di masa lalu, Indonesia pernah memproduksi minyak hingga 1,6 juta barel per hari saat kebutuhan di dalam negeri hanya mencapai 500 ribu barel per hari. Kelebihan produksi diekspor ke luar negeri. Minyak pernah menjadi komoditas penyumbang pendapatan negara terbesar. Saat itu Indonesia juga menjadi anggota penting Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Namun sejak 2004, Indonesia menjadi net importir minyak alias negara pengimpor minyak, karena jumlah produksi sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional.
Pada saat ini, kemampuan produksi minyak di dalam negeri kurang dari 800 ribu barel per hari. Sementara kebutuhan mencapai 1,5 juta hingga 1,6 juta barel per hari. Selisih yang cukup besar tersebut tentu saja mengkhawatirkan. Tidak saja menguras devisa negara untuk impor minyak, kebutuhan yang besar tersebut kalau tidak diantisipasi akan mengantarkan Indonesia ke jurang krisis energi yang semakin parah.
Salah satu upaya mengantisipasi kebutuhan energi yang sangat besar saat ini adalah dengan menggalakan energi terbarukan untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Misalnya dengan memanfaatkan tanaman energi. Berbagai gagasan telah muncul, misalnya, dengan pemanfaatan etanol dan biomasa, karena Indonesia punya potensi besar. Selain bisa membantu melengkapi kebutuhan energi, penggunaan etanol dan biomassa sebagai energi alternatif dapat membantu mengurangi polusi dan emisi gas rumah kaca.
Di antara tanaman yang mempunyai potensi menghasilkan etanol dan biomasa yang maksimal adalah sorgum. Semua bagian dari tanaman sorgum, mulai dari biji hingga batang (nira) dapat dijadikan sumber energi terbarukan dalam bentuk etanol maupun biomasa dalam bentuk biopellet.
Sorgum merupakan tanaman multifungsi. Selain bisa dimanfaatkan untuk penyediaan energi alternatif, sorgum juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan dan pakan. Dengan masa tanam hingga panen sekitar 90-100 hari, serta bisa dipanen beberapa kali, sorgum cocok dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, bahkan di daerah beriklim panas dan sedikit air.
Satu tangkai sorgum jika diperas akan menghasilkan sekitar 50 persen nira. Dengan kadar etanol mencapai 40-60 persen, nira tersebut bisa diolah menjadi etanol pengganti bahan bakar minyak (BBM). Namun, untuk menjadi bahan subtitusi BBM, etanol yang dibutuhkan adalah dengan kadar 99-100%. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, 1 ton batang sorgum bisa menghasilkan 50 liter etanol. Sementara 1 ton biji atau grain sorgum mampu menghasilkan 375 liter etanol.
Selain untuk etanol, limbah tanaman sorgum juga mengandung biomasa melimpah yang bisa dimanfaatkan untuk biopellet. Pemanfaatan limbah sorgum untuk dijadikan biopellet ini juga tengah dikembangkan banyak pihak sebagai alternatif penyediaan energi. Peningkatan jumlah produksi sorgum, serta peningkatan penggunaan untuk kebutuhan energi alternatif diharapkan bisa menjadi jawaban dari krisis energi fosil yang terjadi pada saat ini. *** (Aranzsa Audi, dari berbagai sumber)