Siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Eka Nusa Putra di pesisir Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, kini bersuka cita. Jika biasanya mereka bersusah payah menempuh perjalanan satu jam naik sepeda motor ke Kecamatan Surade, untuk menumpang praktik pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), kini mereka bisa belajar lebih leluasa. Sekolah mereka kini telah terhubung internet.
SMK Eka Nusa Putra merupakan salah satu penerima manfaat infrastruktur internet komunitas dalam “Program Internet Rakyat” yang digerakkan Medco Foundation dan Common Room Network Foundation di Sukabumi, Jawa Barat. Selain di sekolah, internet komunitas juga telah tersedia Pondok Pesantren Al Muhtadin.
Laporan survei oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020 menyatakan Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah pengguna internet paling banyak di Indonesia, mencapai 35,1 juta orang. Sayangnya, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengidentifikasi hingga kini ada 1.300 titik blank spot di kawasan utara dan selatan. Di titik-titik itu sama sekali tidak terdapat jaringan internet.
“Pembangunan infrastruktur internet berbasis komunitas ini didorong untuk memperluas akses atas informasi bagi masyarakat di daerah-daerah tertinggal. Bagi sekolah, kita berharap internet bisa mendukung peningkatan kualitas belajar, termasuk pembelajaran jarak jauh dalam masa pandemi Covid-19 ini,” kata Rendra Permana, Head of Program Medco Foundation.
Menurut Rendra, Internet Rakyat juga didorong untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Di antaranya melalui digitalisasi usaha-usaha kecil. “Bahkan petani diharapkan bisa mendapatkan manfaat dari internet. Misalnya, dengan memasarkan langsung hasil pertaniannya di marketplace,” ujar Rendra.
Manfaat langsung dari internet komunitas bagi sekolah diceritakan oleh Kharisma, siswi di SMK Eka Nusa Putra. Menurutnya, setelah internet terpasang, sekolahnya kini bisa mempraktekkan langsung pelajaran teknologi jaringan. Siswa-siswi kini fasih memasang dan mengoperasikan perangkat jaringan internet, mulai dari jaringan kabel, wi-fi router, hingga perangkat komputer mini e-Klepon (berbasis Raspberry Pi) untuk distribusi materi belajar jarak jauh.
“Bagi saya pribadi. Dengan adanya internet ini saya lebih mudah mencari inspirasi untuk menulis novel atau membuat webtoon. Saya juga bisa lebih mudah untuk mengakses beberapa platform media untuk publikasi karya-karya saya,” ujarnya.
Penggunaan internet oleh komunitas juga telah dimulai dengan baik oleh Pesantren Pemberdayaan Al Muhtadin. Pesantren yang mengarusutamakan pemberdayaan umat ini telah menggunakan internet untuk pelatihan daring dan sosialisasi pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19. Seperti pada pekan kedua Februari 2021. Pesantren ini menyelenggarakan diskusi daring dengan menghadirkan Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). Sosialisasi vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu isi dari diskusi tersebut.
Direktur Common Room Network Foundation, Gustaff Hariman Iskandar, berharap infratruktur internet komunitas ini kelak bisa dikelola mandiri oleh masing-masing komunitas, baik sekolah maupun pesantren penerima manfaat. Untuk itu, Common Room telah melatih sejumlah guru dan Relawan TIK di Ciracap dalam serangkaian pelatihan. “Guru dan relawan ini diikutkan dalam pelatihan pengelolaan infrastruktur internet komunitas. Harapannya, ke depan komunitas bisa mandiri dan bisa bergerak memperluas manfaat program ini ke komunitas lain dan masyarakat di sekitar,” kata Gustaff. [INS]