Ketika Perpustakaan Desa Wukirsari di Kabupaten Bantul ditetapkan sebagai juara ketiga Lomba Perpustakaan Desa se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2014, itu bukanlah hasil dari sebuah proses yang instan. Pendirian Perpustakaan Desa Wukirsari pada 2012, yang difasilitasi oleh Medco Foundation, tak lepas dari program pengembangan masyarakat dengan menerapkan metode penelitian sosial secara holistik.
Diawali dengan mengapresiasi sikap dan laku penduduk ketika gempa bumi melanda Yogyakarta, 27 Mei 2006, Medco Foundation memutuskan untuk memberikan bantuan. Bantuan ini bukan sekadar derma pascabencana namun bantuan yang sifatnya bisa keberlanjutan (sustainability).
Selama enam bulan berinteraksi dengan penduduk, Medco Foundation menemukan bahwa semangat tanpa pamrih masyarakat Desa Wukirsari membantu sesamanya adalah modal sosial besar yang bisa menggerakkan kemajuan daerah itu sendiri. “Apa lagi yang bisa kita bantu?,” demikian kata Ketua Medco Foundation, Roni Pramaditia, saat menyampaikan presentasi “Pustaka Desa Wukirsari, Bukan Sekedar Taman Baca” dalam acara sharing session di 34th Indonesia International Book Fair, Istora Senayan, Jakarta, 4 November 2014.
Tim Medco Foundation kemudian bergerak dan memulai proses assessment melalui proses pengamatan, Focus Group Discussion, pemetaan sosial, serta pendekatan partisipatif yang dilengkapi dengan data kuantitatif dan kualitatif perkembangan desa. “Menolong itu bukan hanya memberi tetapi yang penting adalah mendengarkan,” ujar Roni Pramaditia, menyebut salah satu aspek kinerja kehumasan yakni listening works, di depan para praktisi taman baca, pustakawan, pengarang buku, dan penerbit nasional yang hadir dalam acara sharing session tersebut.
Medco Foundation tidak mengklaim bahwa perpustakaan desa adalah idenya karena aspirasi dan identifikasi kebutuhan justru datang dari masyarakat sendiri. Sebelumnya, penduduk desa yang terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul ini telah menetapkan kriteria-kriteria bantuan, yaitu bantuan yang diperlukan, yang sanggup dikelola, dan yang bisa menjadikan mereka mandiri.
Dari situlah Medco Foundation kemudian menelaah agar kebutuhan dan kondisi di lapangan dapat diselaraskan dan direalisasikan karena kemauan tersebut juga harus bersinergi dengan rencana pembangunan wilayah. Desa yang memiliki potensi ekonomi berupa produksi batik, kerajinan kulit, kuliner wedang uwuh, sajian gudeg manggar, dan tebu ini dicanangkan menjadi daerah wisata agro. Potensi tersebut mesti diangkat sebagai isu dan dikomunikasikan pada masyarakat sehingga komponen desa dapat terdorong untuk turut mengakses pada citra wisata agro.
Program ini ternyata dilirik oleh Bank Mandiri yang terkesan dengan gerakan Medco Foundation. Mereka pun turut berkontribusi dengan melakukan kolaborasi bersama untuk membangkitkan dan memunculkan potensi Desa Wukirsari melalui pendirian Perpustakaan Desa Wukirsari.
Beberapa kendala muncul. Salah satunya adalah pada proses kesinambungan inventarisasi dan manajerial. Hambatan dapat mencair setelah mendapat respon berupa keterlibatan Karang Taruna. Pendekatan terhadap anggota Karang Taruna tidak dilakukan secara formal tetapi dengan ikut nongkrong, ngopi, dan berbincang ngalor-ngidul sehingga dapat menyelami pola pikir mereka.
Selanjutnya, kendala usia anggota Karang Taruna juga menjadi pertimbangan. Oleh karena itu, kemasan pengelolaan terus dievaluasi dengan perbaikan kurikulum, pelatihan pengorganisasian termasuk peningkatan pengetahuan mengenai pendanaan kegiatan, hingga training of trainers (ToT). ToT ini penting untuk memecahkan masalah regenerasi.
Pustaka Desa Wukirsari akhirnya bisa berkembang. Mereka meraih juara pertama lomba Perpustakaan Desa se-Kabupaten Bantul, DIY, pada 2013. Kini perpustakaan tersebut memiliki koleksi hingga 8.000 judul buku yang fokus pada buku pelajaran sekolah, ensiklopedia, fiksi, dan teknologi terapan. Di samping itu, bangunan yang berarsitektur khas daerah tropis ini dilengkapi jaringan internet, komputer, dan berbagai perangkat lunak untuk administrasi pengelolaan.
Di tempat ini, pengelola juga menyediakan wadah untuk berbagi wawasan. Forum berbagi pengetahuan dan pelatihan yang pernah dilakukan antara lain mitigasi bencana, manajemen usaha kecil hingga pembelajaran Bahasa Jawa.Saat ini, perpustakaan tersebut telah menjadi Badan Usaha Milik Desa. Salah satu yang memetik manfaat adalah para pengusaha kecil dan menengah yang dapat belajar tentang pemasaran, tren motif yang tengah disukai pasar, dan lain sebagainya. (Niken Larasati)