Kebersamaan itu harus berakhir. Empat bulan menjalani pelatihan pertanian di The Learning Farm (TLF), Cianjur, Jawa Barat, para peserta akhirnya kembali ke daerah masing-masing. Mereka harus melanjutkan langkah mewujudkan mimpinya masing-masing. “Setelah dari sini saya ingin bekerja di perusahaan yang ada di desa saya. Sambil mengumpulkan modal untuk membuka usaha di bidang pertanian,” ujar Aip Nandang, salah satu peserta.
Aip Nandang merupakan salah satu dari 32 peserta pelatihan di TLF angkatan (batch) 41. Ia berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Aip mendapat beasiswa dari TLF dengan dukungan berbagai organisasi lain –termasuk Medco Foundation — yang membantu pelaksanaan program pelatihan pertanian ini. “Sebelum bergabung pelatihan TLF saya dulu bekerja magang membantu orang tua mengelola kayu di hutan. Pembelajaran ini sangat berarti bagi saya yang ingin memahami bagaimana bertani dan berwirausaha,” lanjutnya Aip.
Program pelatihan pertanian TLF disusun untuk membekali para peserta dengan kemampuan bertani, khususnya pertanian organik, sekaligus berwirausaha di bidang pertanian. Program ini awalnya disusun untuk remaja-remaja yang masuk dalam kerentanan sosial. Belakangan program ini menyasar ke peserta yang lebih luas. Hingga Oktober 2022, TLF telah berhasil memberi pelatihan untuk sekitar seribu orang.
Namun di TLF para peserta tidak hanya mendapat bekal ilmu pertanian. Berbagai keahlian lain, termasuk softskill, juga diajarkan. Medco Foundation menjadi salah satu pihak yang memberikan pembelajaran di luar materi-materi pertanian. Materi-materi yang diajarkan Medco Foundation antara lain adalah pengurangan risiko bencana, pembuatan proposal bisnis, desain, dan peningkatan kemampuan diri melalui self leadership.
Abdi Wahyu, dari Departemen Human Resource Medco Foundation, memberikan materi self leadership kepada para petani muda. Pada sesi tersebut para peserta diminta untuk menuliskan siapa pemimpin favorit mereka serta alasannya sebagai motivasi ke depan. “Melalui materi-materi seperti ini diharapkan para peserta memiliki jiwa kepemimpinan untuk dirinya sendiri sehingga dapat terus meningkatkan kemampuannya,” ungkap Abdi.
Manfaat pelatihan seperti self leadership ini cukup banyak. Alfiq Raihan, salah seorang peserta dari Lampung, mengungkapkan bahwa ia menjadi lebih termotivasi setelah mengikuti pelatihan di TLF ini. “Saya sangat senang karena selama belajar di TLF saya menjadi lebih termotivasi dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Setelah dari TLF ini saya ingin mengembangkan pertanian organik di desa saya. Saya juga ingin lebih baik dalam menghargai waktu,” ungkap Alfiq.
Motivasi untuk menjadi petani muda yang berhasil juga diutarakan Rully Hermawan, peserta dari Bandung, Jawa Barat. Ia menyatakan akan mengembangkan budidaya jamur dan tanaman hidroponik. “Bagi saya pertanian adalah profesi yang tidak akan pernah mati karena berhubungan dengan ketersedian pangan” tuturnya.
Para peserta program pelatihan pertanian TLF diharapkan dapat mempraktekkan ilmu-ilmu yang didapat selama pelatihan. Mereka juga diharapkan bisa menjadi petani dan wirausaha muda bidang pertanian yang sukses dan menjadi salah satu tulang punggung ketahanan pangan nasional. ***