LONCENG Banzai untuk Perdamaian hadiah masyarakat Jepang untuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) masih berdiri tegak di markas lembaga itu New York, Amerika Serikat. Siapa saja yang berkunjung ke kantor itu akan melihat mahakarya Chiyoji Nakagawa, lonceng yang ditempa dari koin sumbangan anak-anak dari seluruh benua selain Afrika.
Sejak disumbangkan ke PBB pada 1954, hingga momen diselenggarakannya sidang umum pada 1982, lonceng yang semula didedikasikan untuk Kuil Iwajima itu hanya berdiri sebagai monumen, simbol suara-suara perdamaian. Begitu pun duplikatnya, yang dikirim ke banyak negara anggota perserikatan oleh World Peace Bell Association, sekadar jadi pajangan. Hingga akhirnya Sidang Umum PBB menetapkan resolusi untuk mengarusutamakan perdamaian sebagai isu utama dunia.
Pada 21 September 1982, Sekretaris Jenderal PBB Javier Perez de Cuellar memukul lonceng itu untuk menandai dimulainya upaya mewujudkan perdamaian secara simultan dan luas. Peringatan ini didedikasikan demi perdamaian dunia, dan secara khusus demi berakhirnya perang dan kekerasan, misalnya yang mungkin disebabkan oleh suatu gencatan senjata sementara di zona pertempuran untuk akses bantuan kemanusiaan.
Sesuai resolusi PBB, 21 September kemudian ditetapkan sebagai International Day of Peace, hari perdamaian sedunia.
Sejak momen itu, ragam komunitas masyarakat dunia secara masif membuat gerakan bersama untuk menyuarakan perdamaian. Para pemimpin dunia menyerukan gencatan senjata, organisasi palang merah bekerja membantu korban perang, aktifis dan orang-orang terpelajar berkampanye di ruang-ruang publik dan akademik, musisi bersuara lewat lagu-lagu, penyair berekspresi dengan puisi, seniman membela hak-hak untuk damai lewat karyanya.
Di Indonesia, peringatan Hari Perdamaian Dunia atau International Day of Peace mencapai puncak pada 21 September 2014. Kala itu 144 komunitas pecinta dan penggerak perdamaian melakukan long march untuk menyuarakan perdamaian. Aksi itu, yang digerakkan Komunitas Berani Damai, menoreh rekor MURI untuk peringatan hari perdamaian dunia dengan melibatkan komunitas terbanyak. Pun di negara lain, hari perdamaian ini diperingati dengan gempita dan sukacita.
Ada banyak isu dan agenda yang diusung untuk menyuarakan perdamaian, tapi yang paling menarik adalah gagasan Sekjen PBB Ban Ki Moon pada 2013 lalu, saat pertama kalinya hari peringatan perdamaian dunia didedikasikan untuk pendidikan perdamaian sebagai sarana pencegahan yang penting dalam mengurangi peperangan.
Pendidikan adalah bahasa universal, berlaku di mana-mana sebagai istrumen utama memperkuat perdamaian. Pengalaman penyelesaian konflik-konflik besar di dunia menempatkan pendidikan dan penguatan sumber daya sebagai solusi prioritas. Sebagaimana disebut PBB, pendidikan patut dijadikan sebagai cara mencegah konflik dan mencapai tujuan pembangunan global.
Lonceng Banzai kembali berbunyi usai Sekjen PBB Antonio Guterres dan para duta perdamaian mengheningkan cipta pada peringatan hari perdamaian bertema “Together for Peace: Respect, Safety and Dignity for All”, yang dihelat 15 September 2017 pagi di New York.
Pesan tertera di satu sisi lonceng itu, “panjang umur perdamaian dunia sepenuhnya”, adalah pesan bagi semua insan di dunia untuk merawat perdamaian, agar ia abadi hingga anak cucu kita nanti.
Selamat hari perdamaian dunia. Peace…! [Andi Irawan]