KESUKSESAN suatu perusahaan tidak pernah lepas dari peran dalam pengelolaan sumber daya manusia, yakni para karyawannya. Sektor ini menjadi faktor dominan yang menentukan sukses atau terpuruknya perusahaan. Karena itu, pengelolaan sumber daya manusia harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan perencanaan matang.
Logika dan etika profesional pun tidak bisa dijadikan andalan dalam mengelola sumber daya manusia di sebuah perusahaan. Mengelola karyawan, sumber daya terpenting dalam perusahaan, juga harus menggunakan hati dan empati. Sebab, karyawan bukan mesin yang hanya diandalkan untuk menunjang produksi dan mendongkrak prestasi perusahaan.
Empati. Hal ini selalu digarisbawahi Yani Panigoro, Direktur PT Medco Intidinamika (Medco Holding) sekaligus Pembina Medco Foundation, dalam gaya kepemimpinanya. Bagi Yani, empati adalah sebuah nilai yang dengan tanpa batas bisa menghubungkan emosi antara pemimpin dengan para karyawan di sebuah perusahaan. Dengan empati pula, pemimpin dan karyawan bisa berjalan bersama membangun kekuatan dalam perjuangan meraih kesuksesan.
Melalui empati, pemimpin bisa menciptakan dan menyatukan pandangan setiap komponen dalam perusahaan atau organisasi, demi pencapaian visi dan tujuan bersama. Tidak hanya itu, empati juga menjadi salah satu sumber kredibilitas kepemimpinan yang dapat mendorong perusahaan memiliki gairah menuju kesuksesan.
Yani melihat kekuatan empati itu pada sosok perempuan. Selain itu, karakter dan naluri yang dimiliki perempuan menjadi komponen penting dalam diri seorang perempuan, yang membuat mereka terbiasa berpikir lebih kompleks dan rinci saat bekerja. Perempuan juga memiliki kecenderungan mengayomi. Karakter-karakter itulah yang membuat seorang perempuan menjadi pemimpin hebat.
Atas dasar pandangan itu, dalam memimpin Medco Holding, Yani Panigoro selalu berupaya membangun iklim yang mendukung terciptanya pemimpin-pemimpin perempuan. Ia senantiasa memberikan peluang bagi perempuan di perusahaan untuk mengembangkan potensi diri dan meraih posisi tertinggi. Dalam prakteknya, ia terus berusaha menyiapkan calon-calon pemimpin masa depan baru dalam lingkungan perusahaan yang dipimpinnya.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pemimpin, termasuk para perempuan, tidak bisa dilahirkan dan dibentuk secara instan. Para pemimpin ini tidak hanya harus dibekali ilmu dan pengalaman, tapi juga perlu diberikan kesempatan dan tanggung jawab secara bertahap.
Yani ingin melihat banyak perempuan Indonesia bisa maju. Karena itu, ia berharap perempuan Indonesia bisa mendapatkan pendidikan setinggi mungkin, memiliki passion, selalu mau belajar, rendah hati, tulus, dan memiliki komitmen yang penuh terhadap pekerjaan mereka.
Dalam buku Perempuan Pemimpin; Inspirasi 10 CEO Membangun Keluarga, Bisnis, dan Masyarakat karya Betti Alisjahbana, Yani Panigoro sebagai satu dari 10 CEO perempuan inspiratif menuangkan harapannya tentang lahirnya lebih banyak lagi sosok perempuan yang akan menduduki jabatan tertinggi di sebuah perusahaan. Tidak hanya di Medco yang ia pimpin, tapi juga di perusahaan atau organisasi lainnya di Indonesia.
Sembilan perempuan pemimpin lainnya menuangkan pandangannya dalam buku yang diterbutkan Mizan dan dirilis awal April 2017 ini. Mereka adalah Atiek Nur Wahyuni (CEO Trans Media Group), Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Intan Abdams Katoppo (Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour), Mira Lesmana (Produser Film, Founder Miles Film), Ligwina Poerwo Hananto (Founder dan CEO QM Financial), Nurhayati Subakat (Founder dan CEO Wardah Cosmetic), Shinta Danuwardoyo (Founder dan CEO PT Bubu Kreasi Indonesia), dan Suzy Hutomo (Founder dan CEO PT Body Shop Indonesia).
Pengalaman bagaimana para pemimpin perempuan tersebut keluar dari zona nyaman, jatuh dan bangkit untuk meraih kesuksesan, membangun jejaring, dan perjalanan menuju puncak karir tertuang dalam buku ini. [INS]