Kebutuhan kantong darah di Indonesia sangat tinggi. Sesuai standar WHO, jumlah kantong darah yang harus tersedia di suatu negara adalah 2% dari populasi nasional. Artinya, untuk Indonesia, dibutuhkan kantong darah sekitar 4,5 juta dalam setahun. Kebutuhan akan kantong darah yang tinggi ini membuat Palang Merah Indonesia (PMI) terus berupaya menyelenggarakan kegiatan donor darah agar ketersediaan kantong darah di Indonesia bisa terpenuhi.
Kebutuhan kantong darah yang besar juga memunculkan beberapa komunitas atau organisasi di luar PMI yang tergerak membantu penyediaan darah bagi mereka yang membutuhkan. Contohnya adalah komunitas Blood for Life (BFL) Indonesia. Berdiri sejak 2009, komunitas ini membantu upaya penyediaan darah dengan cara menghubungkan orang-orang yang membutuhkan darah dengan orang yang mau mendonorkan darahnya. “Kadang-kadang ketersediaan darah tidak merata di berbagai daerah, kalau ada yang membutuhkan secara mendadak dan stok PMI setempat sedang kosong, kita akan bantu hubungkan dengan orang-orang yang mau mendonor,” kata salah satu penggiat BFL, Candra Septiani Putri, saat sesi sharing knowledge dalam event donor darah yang diadakan Medco Foundation di Gedung Medco, 27 Januari 2016, lalu.
Tidak hanya membantu menghubungkan orang yang membutuhkan darah dengan calon pendonor, BFL juga aktif melakukan berbagai kegiatan seperti membuat database calon pendonor, bakti sosial, dan melakukan kampanye serta edukasi ke masyarakat umum. “Edukasi dan kampanye ini penting. Terutama untuk kaum muda yang punya range waktu panjang melakukan donor,” ujar Putri.” Dengan melihat kebutuhan darah yang tinggi, kita perlu mensosialisasikan bahwa donor darah itu perlu. Donor darah itu juga menyehatkan, jadi selain berbagi juga untuk kesehatan kita sendiri,” lanjutnya.
Selain BFL, dalam event donor darah yang diselenggarakan Medco Foundation itu hadir pula komunitas Rhesus Negatif Indonesia. Ini adalah komunitas yang beranggotakan orang-orang yang memiliki darah dengan rhesus negatif, suatu golongan darah yang jarang bagi penduduk Asia yang kebanyakan ber-rhesus positif. “Di Indonesia orang-orang dengan darah rhesus negatif, yang sedang membutuhkan darah, susah mencari pendonor. Makanya kita bentuk ini,” kata Lici Murniati, Ketua Umum Rhesus Negatif Indonesia. “Melalui komunitas ini kita bisa saling berbagi.”
Rhesus Negatif Indonesia yang saat ini beranggotakan 1.800 terus aktif mensosialisasikan pentingnya masyarakat untuk tahu rhesus darahnya. Mereka mengadakan berbagai kerja sama dengan PMI untuk kebutuhan sosialisasi ini. Menurut Lici, meski ras Asia mayoritas memiliki rhesus positif, tetapi faktanya ada penduduk Asia, khususnya Indonesia, yang punya rhesus negative. “Mereka itu harus diperhatikan karena kalau butuh darah pasti langka ketersediaannya,” kata Lici.
Selain sharing knowledge yang bersama BFL dan Rhesus Negatif Indonesia, dalam event donor tersebut Medco Foundation juga menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan gula darah dan kolesterol untuk para peserta. *** au.showmelocal.com