Jumat pagi, 17 Maret 2023, suasana di tenda-tenda di SDN Pasir Sarongge, Pacet, Cianjur, lebih riuh dari biasanya. Murid-murid tampak tersenyum penuh semangat. Di balik terpal tenda kelas, mereka bergerombol mengintip ke arah lapangan. Ada yang bisik-bisik ke temannya; tak sabar menunggu bingkisan.
Kurang 50 meter di depan ruang guru dan kantor sekolah, 50 murid dari kelas satu hingga enam berkumpul di tenda peleton. Seorang guru sibuk mengatur posisi duduk mereka, menghadap ke arah empat relawan Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) Jakarta yang akan mengisi kelas pendampingan psikososial. Sementara Kepala Sekolah, Bu Dedeh, menyambut tamu-tamu yang baru tiba dari Jakarta.
Sekolah sangat sibuk hari itu. Medco Foundation menyerahkan bantuan perlengkapan sekolah untuk 545 murid di SDN Pasir Sarongge, empat bulan setelah program Medco Peduli Bencana digerakkan untuk membantu korban gempa di Cianjur, Jawa Barat. SDN Pasir Sarongge adalah satu dari 142 sekolah yang rusak akibat gempa Cianjur 21 November 2022 lalu.
Bantuan ke sekolah ini melengkapi rangkaian kegiatan pascabencana oleh Medco Group, setelah sebelumnya memberikan layanan kesehatan, bantuan logistik masa darurat, dan penyediaan sarana sanitasi bagi pengungsi.
“Ini sudah bulan keempat murid SDN Pasir Sarongge belajar di tenda darurat. Banyak di antara mereka adalah korban gempa. Untuk membantu meringankan beban orang tua, dan menambah semangat belajar anak-anak, kami berinisiatif memberikan mereka bantuan perlengkapan sekolah,” kata Rendra Permana.
Rendra mengatakan bantuan perlengkapan sekolah ini merupakan donasi para karyawan dan keluarga karyawan di Medco Group yang dihimpun melalui program Medco Peduli Bencana Cianjur.
Kepala SDN Pasir Sarongge, Dedeh Nurmiati, mengatakan tantangan terbesar di sekolah saat ini adalah minimnya fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar. Murid dan guru belajar dan mengajar di tenda bantuan Kementerian Sosial, tanpa meja dan kursi. Banyak alat peraga belajar rusak. Sebagian besar fasilitas itu harus ditinggal di bangunan sekolah utama yang rusak diguncang gempa.
“Kalau hujan dan angin kencang, sering kami memutuskan agar sekolah diliburkan. Sekolah akan becek dan ruang belajar basah semua. Tidak ada kursi. Tidak bisa lesehan. Kasihan anak-anak,” katanya.
Menurut Dedeh, bantuan perlengkapan sekolah yang diterima 545 murid akan menambah semangat mereka ke sekolah. Selain itu, mengurangi biaya yang harus dikeluarkan orang tua mereka, yang sebagian besar bekerja petani dan pemetik teh. [INS]